CINTA
Ungkapannya dengan kalimat bahwa “Cinta bukanlah Buah apalagi rasa” namun Cinta adalah Pokok yang ber akar Kuat dan berbatang kokoh dan berdaun rindang serta Berbuah.
Defenisi cinta itu sendiri berhenti di kalimat berbatang kokoh, sedangkan Berdaun rindang dan Berbuah , itu adalah “Buah Cinta”
Itu mengartikan bahwa cinta mempunyai alasan yang kuat untuk diungkapkan, cinta itu tidak akan luntur atau dipengaruhi oleh rasa yang berbeda. Cinta itu mempunyai akar yang kokoh, sehingga butuh suatu proses yang panjang hingga mencapai yang namanya cinta. Cinta tidak bisa sesumbar, yang bisa mengatakan pada apa saja dan siapa saja. Yang mengakar dan berproses sehingga dengan gamblang kita ucapkan cinta adalah kepada, Istri, anak, orang tua dan saudara, dan sama Tuhanmu. Kenapa Tuhan kita sebut sebagai yang terakhir?, karna kita belajar mencintai Tuhan ketika kita bisa merasakan cinta sesama manusia, jadi ketika Anda tidak bisa mencintai sesama manusia bagaimana mungkin Anda bisa mencintai Tuhan??
Cinta Itu tidak Buta, cinta itu akan melihat kelemahan-kelemahan dan kelebihan pasangan yang dicintai, jika itu menyangkut kelemahan maka seseorang yang mencintai akan datang untuk meyempurnakannya, bukan malah melakukan pembiaran atau meninggalkannya dengan mengatakan “saya sudah tidak mencintaimu lagi”. Karna satu hal yang harus diketahui bahwa cinta itu tidak datang serta merta, seperti saya katakana diatas. Cinta tidak hanya pada manusia, bahkan untuk benda sekalipun kita bisa untuk mencintai
Cinta itu berproses, maka saya tidak akan setuju jika ada kalimat diucapkan “cinta pada pandangan Pertama” jika itu baru kejadian baru 2 hari atau sebulan, atau sebelum melakukan suata ikatan, mungkin “suka pada pandangan pertama” adalah kalimat yang pas untuk itu. Namun ketika kejadiannya itu sudah sangat lama dan bahkan sudah melakukan suatu ikatan dan berketurunan dan saling melengkapi, maka kalimat itu pantaslah untuk di ucapkan.
Cinta itu tidak mengenal rasa, cinta itu adalah tawar, ketika cinta itu menyebut rasa, itu adalah Buah Cinta, jika buah cinta itu asam, apakah cinta kita ikut asam, atau lantas mangatakan “Bang cintamu asam” Makanya cinta itu disebut berhenti pada berakar yang kuat dan berbatang yang kokoh karna tidak memiliki rasa. Dan selanjutnya bahwa cinta itu tidak dipengaruhi oleh rasa Buah Cinta itu sendiri. Ada ungkapan orang Batak yang mengatakan, “manang songon dia pe I, nunga I sirokkap ni tondikku” ungkapan ini cenderung menceritakan kelemahan-kelemahan pasangan masing-masing, namun dikarenak kekuatan cinta yang mereka miliki maka dia siap menerima apa buah cinta itu sendiri, misalkan. Kita sebut aja pasangannya ternyata lama-kelamaan menjadi Impoten, pasangannya stroke, jatuh sakit berkepanjangan, atau bagi yang masih menjalin hubungan mis: belum mewujudkan ke jenjang yang lebih tinggi karna keterbatasan dana, ketidaksiapan mental, tidak bisa menyambangi setiap minggu karna keterbatasan waktu. Nah.. diantara kelemahan-kelemahan tersebut, bukankan si pasangan lain harusnya melengkapi kelemahan pasangannya jika dalam pasangan tersebut ada yang dinamakan Cinta??
Dari paparan yang diatas bisa kita simpulkan bahwa cinta itu tidak Biasa-biasa saja. Cinta itu penuh kesabaran dan pengorbanan yang panjang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar