Minggu, 17 November 2013

tulisan Opini

Alasan Buruh Tuntut Kenaikan UMP 2014

Seperti sedang mencandu buruh ketagihan mendesak kenaikan Upah Minimum hingga batas tidak rasional. Sehabis kemarin mendapat kenaikan gaji 2,2 juta di tahun 2013 ini, buruh mantap minta 3,7 juta tahun depan. Kilah buruh tuntut kenaikan UMP 2014  tentu saja adalah kebutuhan hidup. Berikut adalah argumen kebutuhan hidup dari pihak buruh yang mencapai angka 4 juta per bulannya:


Alasan Buruh Tuntut Kenaikan UMP 2014: Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Pekerja Lajang di DKI Jakarta
Kebutuhan yang buruh tuntut memang suatu angka yang bisa diperdebatkan. Di satu sisi angka tersebut kelihatan ideal untuk mencapai tangga kesejahteraan, di sisi yang lain angka angka di atas terlihat “manja”. Poin-poin angka di atas cuma melihat apa yang buruh inginkan ideal dalam tiap poinnya, tapi tidak mengacuhkan konteks persaingan kerja dan bisnis yang ada sekarang.
Buruh sama sekali tidak paham atau tidak mau paham bahwa keterpenuhan seluruh kebutuhan hidup bukanlah tanggung jawab perusahaan. Itu adalah pilihan. Kalau memang merasa tidak terpenuhi, silakan pindah ke perusahaan lain, atau buka perusahaan sendiri.

Sesungguhnya tidak akan pernah ada kata cukup berkaitan dengan kebutuhan dan keinginan bahkan untuk yang mendapatkan gaji 100 juta per bulan pun. Isunya adalah: Apakah dengan upah minimum 2,2 juta sekarang ini, buruh muda dapat hidup layak? Ya dapat! Banyak sekali lulusan S1 hidup dengan permulaan penghasilan demikian.
Akan tetapi, kalau yang bermasalah adalah buruh tua sudah berkeluarga punya anak banyak lalu memaksa upah minimum 3,7 juta (karena selama ini performance kerjanya tidak bagus sehingga upahnya tidak naik-naik), ini yang bikin masalah! Justru sebenarnya buruh “penghisap darah” adalah mereka yang tua dan tidak produktif kerja malas-malasan dan jarang mau lembur. Ini yang harus diberangus.
Sekarang ini memang susah. Sementara sinetron selalu menceritakan posisi orang miskin yang tertindas dan baik hati, pada kenyataannya banyak orang kalangan bawah yang justru bebal dan serakah. Para penjarah tanah negara pun begitu, mereka tinggal tanpa sewa, ketika diusir minta ganti untung dan fasilitas. Kasus buruh ini pun menunjukkan pola yang sama.

http://nasionalis.me/tag/contoh-perhitungan-gajih-buruh-umr-jakarta/




Tidak ada komentar:

Posting Komentar